Harumkan Nama Bangsa, Ijazah Atlet ‘Disandera’
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO – Kisah yang dialami Suswanti (19), atlit Balap Sepeda BMX yang akan menjadi duta olah raga Indonesia di ajang Sea Games 2011 mendatang, sungguh getir. Sejak lulus SMA Negeri 3 Purwokerto tahun 2010 lalu, dia tak bisa melihat ijasahnya. Hal ini karena ijazah aslinya ditahan pihak sekolah, mengingat gadis tersebut masih menunggak sejumlah biaya pendidikan.
Suwarto (41), ayah Suswati mengaku, dia memang belum membayar SPP dan sejumlah biaya pendidikan anaknya, karena memang tidak mampu. Total biaya pendidikan yang harus saya lunasi, adalah Rp 2.029.000. ”Saya tidak mampu membayar biaya sebanyak itu. Pekerjaan saya hanya tukang becak dan isteri saya kerja di warung pecel tetangga. Apalagi saya juga masih membiayai adik Siswati yang masih sekolah SMP,” jelas warga Kelurahan Sitapen, Kecamatan Purwokerto Timur, Kamis (3/11).
Sebagai seorang ayah, Suwarto berharap, melalui prestasinya di bidang olah raga, anaknya akan bisa hidup lebih baik dibanding ayahnya yang hanya seorang tukang becak. Untuk itu, dia sebenarnya menginginkan anaknya bisa mengenyam dunia pendidikan tinggi, dengan keringanan biaya pendidikan sebagai atlit berprestasi.
”Tapi jangankan bisa kuliah, untuk sekolah SMA saja ijazahnya ternyata tetap ditahan karena saya tidak bisa membayar biaya pendidikan,” katanya dengan mata menerawang, tak bisa mennyembunyikan kekecewaan.
Ketika menghadapi persoalan ijazah anaknya yang ditahan oleh pihak sekolah, dia sebenarnya sangat berharap KONI Kabupaten Banyumas akan menguruskan ijazah anaknya. Tapi ternyata tidak ada tanggapan.
”Terus terang saya sangat kecewa. Kata KONI, dulu biaya sekolah anak saya di SMA 3, gratis. Tapi ternyata ada biaya–biaya banyak, kita disuruh bayar sendiri,” kata Maryati, sang ibu.
Menurutnya, sebelum sekolah di SMA Negeri 3 di kelas khusus olahraga, sebenarnya anaknya sudah sekolah di MAN Purwokerto. Namun karena disarankan untuk sekolah di SMA 3 dengan alasan di sekolah tersebut ada program khusus pembinaan olah raga, maka anaknya pindah ke sekolah tersebut.
Saat itu, karena mengundurkan diri dari MAN Purwokerto, dia diwajibkan membayar administrasi sebesar Rp 1 juta. Untuk itu, dia harus berhutang ke banyak orang, untuk membayar biaya administrasi tersebut, tanpa ada bantuan baik dari KONI maupun pemerintah daerah.