Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya
Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, Artikel Komunikasi Lintas budaya, Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya
Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal Pada Anak Tunarungu, Oleh:
Amri nr Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Negeri Yogyakarta
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tentang SDLB Kab. Bangkalan
4.1.1 Lokasi dan Lingkungan Sekitar
Sekolah Dasar Luar Biasa merupakan sekolah luar biasa khusus untuk anak-anak penyandang cacat tuna rungu, terletak di Jalan Trunojoyo (setelah pom bensin socah) SDLB Kab. Bangkalan. Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal
4.1.2 Sejarah Singkat SDLB Kab. Bangkalan
SDLB Kab. Bangkalan berdiri pada tanggal 19 September 1969. Berdirinya SDLB Kab. Bangkalan berawal darikegiatan belajar mengajar yang terdiri dari anak-anak gelandangan yang bertempat di Kantor Sosial Kab. Bangkalan, seiring dengan berjalannya waktu SDLB Kab. Bangkalan juga menerima anak-anak cacat tuna rungu atau tuna wicara. Kegiatan belajar mengajar ini Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya ditangani oleh guru SD sebanyak 5 orang yaitu: Bp Marsuki, Bp Subandi, Bapak Suparto, Ibu Ristamsi, dan Ibu Surtinah. Tanggal 12 Mei 1975 SDLB Kab. Bangkalan menempati gedung baru dengan sarana dan prasarana seadanya 1 gedung 3 ruang yaitu: satu untuk ruang kantor dan dua untuk ruang kelas. Maksud dan tujuan menempati gedung baru yaitu supaya dapat menyelenggarakan, membina dan mengembangkan pendidikan secara khusus bagi anak-anak yang mengalami hambatan belajar karena kurangnya daya dengar, Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, sehingga mereka dapat menikmati kesempurnaan belajar. Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya Tahap demi tahap yayasan mendapatkan bantuan sehingga dapat membangun gedung kelas dan gedung asrama, hingga keadaan sampai sekarang.
4.1.3 Kondisi Siswa SDLB Kab. Bangkalan
Siswa SDLB Kab. Bangkalan pada tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 22 orang dengan perincian sebagai berikut: kelas persiapanada lima orang, kelas 1 ada tiga orang, kelas 2 ada Enam orang, kelas 3 ada empat orang, kelas 4 ada lima orang, kelas 5 tidak ada, kelas 6 tidak ada. Secara lebih rinci keadaan siswa SDLB Kab. Bangkalan tahun pelajaran 2009/2010. Dari 23 anak, mereka berasal dari kota Bangkalan dengan kondisi perekonomian keluarga yang beraneka ragam dari pekerjaan orang tua bermacam-macam pula dari menengah ke bawah sampai menengah ke atas, dari buruh, pegawai, guru, pedagang, maupun wiraswasta.
4.1.4 Kondisi Guru SDLB Kab. Bangkalan
Tenaga pengajar di SDLB Kab. Bangkalan berjumlah delapan orang,terdiri dari seorang kepala sekolah, empat guru DPK artinya guru PNS yang diperbantukan di SDLB Kab. Bangkalan, dan tiga guru yang diangkat oleh yayasan. Tiga orang guru SDLB Kab. Bangkalan berpendidikan SGPLB-B, tiga orang lagi berpendidikan S1-PKH, dan dua orang berpendidikan SGPLB-C. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal
4.1.5 Prestasi yang Pernah Diraih
Kecacatan bukanlah suatu halangan untuk meraih prestasi tetapi justru mendorong
dan memacu untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Prestasi yang pernah diraih SDLB Kab. Bangkalan selama tiga tahun terakhir di bidang olah raga, patut dibanggakan karena mereka tidak kalah dengan anak-anak normal.
4.2 Makna Komunikasi Non Verbal Pada Anak Tunarungu
4.2.1 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan-sentuhan. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal
Salah satu cara mendefinisikan komunikasi non verbal adalah Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya berdasarkan kategori sebagai berikut:
a.Proksemik
Proksemik merupakan penyampaikan pesan-pesan melalui pengaturan jarak dan ruang. Manusia mempunyai wilayah-wilayah atau zona dalam berkomunikasi, wilayah juga berarti daerah atau ruang yang rang klaim sebagai miliknya, yang seolah-olah merupakan perluasan dari tubuhnya,
b.Kinesik
Kinesik merupakan penyampaikan pesan-pesan yang menggunakan gerakan gerakan tubuh yang berarti yang meliputi mimik wajah, mata (lirikan-lirikan), gerakan-gerakan tangan dan yang terakhir keseluruhan anggota amribadan (tegap, lemah gemulai dan sebagainya). Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, Dalam budaya jawa komunikasi non verbal sangat kental dilakukan terutama untuk menghormati orang, atau orang yang lebih tua, semisal gerakan komunikasi yang dilakukan antara atasan Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya dan bawahan atau abdi di mana bawahan atau abdi cenderung amri untuk menunduk dan merunduk untuk menunjukkan bahwa posisinya tidak lebih tinggi dari tuannya yang diajak bicara.
c. Khronemik
Khronemik adalah srudi mengenai penggunaan kita akan konteks waktu. Ide mengenai kelinearan waktu telah diterima secara luas oleh masyarakat manapun bahkan agama manapun, Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, hal ini kemudian melahirkan beberapa istilah sepertti masa lalu, saat ini dan masa depan yang merupakan suatu urutan yang tidak dapat dibalik.
4.2.2 Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi amri dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Anak dengan gangguan pendengaran (tuna rungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri.
Berdasar uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak tuna rungu adalah individu yang mengalami gangguan pendengaran dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, amri baik dengan derajat frekuensi dan intensitas sehingga anak mengalami kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan atau tanpa alat bantu.
► Oleh karena anak penyandang cacat tuna rungu tidak bisa bicara dan mendengar mereka menggunakan komunikasi non verbal, komunikasi non verbal dipelajari dan diajarkan di SDLB Kab. Bangkalan. Seperti halnya Isyarat Jari, dalam isyarat jari ada simbol dan arti tertentu. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, Isyarat jari itulah bahasa non verbal yang digunakan dalam penyampaian pesan penyandang cacat tunarungu. Mengajar anak dengan dan tanpa tunarungu di kelas yang sama sering kali menjadi satu cara masyarakat dalam amri mendidik anak tunarungu. Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, Akan tetapi penulis sangat kagum dan salut terhadap kegigihan dan semangat yang tinggi oleh siswa SDLB Kab. Bangkalan. Meskipun mereka menyandang cacat tapi untuk belajar mereka tidak mau kalah dengan yang lain. Maka dari itu pemerintah harus lebih memperhatikan keberadaan SDLB Kab. Bangkalan yang di dalamnya terdapat tunas-tunas bangsa yang siap memajukan bangsa ini. Maka dari itu awal atau dasar dari anak tunarungu adalah bahasa komunikasi non verbal. Penting juga mempersiapkan yang lainnya di sekolah seperti para guru dan murid lainnya tentang tunarungu dan tentang bagaimana cara anak ini belajar adalah dengan melihat sebaik-baiknya. Dengan cara ini semua orang di sekolah dapat bersiap menyambut anak-anak tunarungu. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, SDLB Kab. Bangkalan mengajarkan bahasa isyarat kepada semua orang dengan demikian anak tunarungu tidak ada yang tertinggal.
4.3 Hambatan Anak Tuna Rungu di SDLB Kab. Bangkalan ketika menggunakan komunikasi non verbal
Dari hasil pengamatan dan hasil wawancara dalam penelitian ini peneliti sengaja mengambil permasalahan tentang Hambatan Anak Tuna Rungu di SDLB Kab. Bangkalan ketika menggunakan komunikasi non verbal. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan wawancara kepada Kepala Sekolah, guru bidang studi, dan orang tua siswa masingmasing. Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, Di sekolah tersebut ada Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal mata pelajaran amri yang memberikan pengajaran tentang Isyarat Jari juga sering diajarkan, bahkan mungkin setiap hari. Dari Ibu Kepala Sekolah sangat antusias dan senang kalau peneliti terjun langsung melihat cara guru mengajar di SDLB Kab. Bangkalan. Penulis juga melakukan awancara dengan orang tua siswa merasa terharu dan bangga anaknya bisa mengikuti pelajaran dengan seperti halnya anak normal. Dari hasil wawancara langsung peneliti dengan siswa, sebagian suka dengan pelajaran yang menerangkan bahasa isyarat akan tetapi penerapannya amri agak susah karena. Motivasi dan kesabaran sangat diutamakan dalam pembelajaran bahasa Isyarat bagi anak cacat yaitu siswa SDLB Kab. Bangkalan. Motivasi terus diberikan hal ini sebagai pendorong minat siswa dalam mempelajari isyarat jari. Kesabaran seorang guru Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, dalam membimbing siswa akan lebih memberi nilai arti lebih bagi diri siswa untuk tidak malu dan mampu memperlihatkan dirinya tidak kalah dengan yang normal. Dukungan guru-guru lain dan Kepala Sekolah menambah keberanian amri siswa dalam berlatih. Dorongan dan kasih sayang orang tua yang selalu mengiringi anaknya menatap masa depan. Kemampuan guru dalam meggunakan metode mengajar yaitu dengan cara mengkombinasikan beberapa metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat, penggunaan metode yang tepat dan sesuai tersebut dikarenakan pengalaman guru yang lebih dari 15 tahun dalam kegiatan mengajar di SDLB.Kesulitan belajar bagi siswa yang kurang karena kecacatan yang jelas terlihat yaitu tuna rungu, sehingga siswa terhambat dalam pendengaran. Kesulitan guru pun juga tampak karena guru sudah menyampaikan materi tapi siswa belum tentu bisa menangkap apa yang diajarkan guru, karena terhambat dalam pendengaran. Oleh karena itu, Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, guru harus menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa komunikasi atau penyampaian materi, akan tetapi sebagian kecil siswa SDLB Kab. Bangkalan susah untuk menerapkan isyarat jari. Dalam hal ini peneliti terjun langsung melihat cara guru mengajar Sragen. Kesulitan guru dalam mengajar tari terlihat jelas misalnya: denganjelas siswa yang diajar adalah Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya, anak-anak cacat tuna rungu maka dalam menerima pelajaran tidak bisa menangkap dengan cepat karena siswa terhambat amri dalam pendengaran, jadi dalam penyampaian materi guru harus mengulang-ulang materi yang disampaikan ke siswa sampai siswa benar-benar bisa. Siswa yang sulit menerima pelajaran, maka guru itu pun juga ikut sulit dalam menyampaikan materi, dalam penyampaian materi guru memberi contoh di depan dan siswa mengikuti, setelah itu guru baru memperbaiki gerakan anak satu persatu. Bagi anak yang cacat pendengarannya total maka guru harus sabar dan berulang-ulang mengajarnya karena materi yang disampaikan guru belum tentu anak itu langsung bisa menerima pelajaran. Kesulitan guru dalam menyampaikan materi adalah guru sudah melakukan semaksimal mungkin menyampaikan materi pelajaran,tetapi siswa tidak memperhatikan maka guru
harus mengulang lagi pelajaran itu. Kesulitan mengajar bagi guru merupakan suatu tantangan dalam menyampaikan materi supaya anak tetap mau menghafal isyarat jari yang diajarkan demi terciptanya komunikasi yang lancar antara guru dan murid. Penyandang cacat fisik pada umumnya juga banyak menghadapi tantangan yang berat daripada orang normal, karena penyandang cacat fisik mau tidak mau harus menyesuaikan diri terhadap kecacatan yang dialaminya. Kesulitan dan hambatan sangat dirasakan bagi anak yang cacat. Sulit menyesuaikan diri amri, sulit berteman dan sulit menerima pelajaran. Kesulitan guru dalam mengajar dapat diatasi dengan kesabaran dan
memberi contoh berulang-ulang dan memberi dorongan atau sanjungan kepada siswa, begitu pula bagi siswa, siswa bersemangat atau percaya diri bila orang-orang terdekatnya memberikan dorongan atau support.
Analisis saya tentang penelitian tersebut.
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
Kesimpulan
Komunikasi non Verbal mempunyai kekuatan yang penting untuk menyampaikan pesan-pesan. Khususnya dalam penelitian yang penulis teliti di lapangan bertempat di SDLB Kab. Bangkalan, komunikasi Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya non verbal sangat penting bagi anak penyandang cacat tuna rungu khususnya di SDLB Kab. Bangkalan. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal, Komunikasi non verbal bagi anak tunarungu mempunyai banyak arti. Dalam konteks tersebut komunikasi non verbal bisa dilakukan dengan isyarat jari, ekspresi wajah, gerakan tangan serta bahasa tubuh dan masih banyak komunikasi non verbal lainnya yang sering digunakan anak penyandang cacat tunarungu.
Penyandang cacat tuna rungu tidak bisa bicara dan mendengar mereka menggunakan komunikasi non verbal, komunikasi non verbal dipelajari dan diajarkan di SDLB Kab. Bangkalan. Seperti halnya Isyarat Jari, dalam isyarat jari ada simbol dan arti tertentu. Isyarat jari itulah bahasa non verbal yang digunakan dalam penyampaian pesan penyandang cacat tunarungu.
Saran
Kesulitan yang dialami oleh guru dalam di SDLB Kab. Bangkalan meliputi siswa tidak memperhatikan Artikel hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya pelajaran karena daya dengar siswa yang kurang. Oleh karena itu, pmbelajaran tidak dapat berjalan secara efektif. Para siswa juga sangat lambat dalam menerapkan komunikasi non verbal dalam bahasa menggunakan isyarat jari, akan tetapi para guru di SDLB Kab. Bangkalan tetap semangat memberi motivasi. Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal Makna Komunikasi non verbal pada anak tuna rungu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar para siswa dapat berkomunikasi dengan lancar. Komunikasi non verbal adalah bahasa utama para siswa SDLB Kab. Bangkalan untuk menyampaikan pesan pada komunikan. Komunikasi non verbal adalah satu-satunya alat untuk mengantarkan para siswa di gerbang kesuksesan, bukan berarti mereka penyandang cacat tunarungu akan tetapi mereka tidak bisa sukses selayaknya orang normal. Malah sebaliknya banyak penyandang cacat sukses meraih masa depannya.
Maka dari itu pemerintah harus lebih memperhatikan keberadaan SDLB Kab. Bangkalan yang di dalamnya terdapat tunas-tunas bangsa yang siap memajukan bangsa ini. Maka dari itu awal atau dasar dari anak tunarungu adalah bahasa komunikasi non verbal. Penting juga mempersiapkan yang lainnya di sekolah seperti para guru dan murid lainnya tentang tunarungu dan tentang bagaimana cara anak ini belajar adalah dengan melihat sebaik-baiknya. Dengan cara ini semua orang di sekolah dapat bersiap amri menyambut anak-anak tunarungu. SDLB Kab. Bangkalan mengajarkan bahasa isyarat kepada semua orang dengan demikian anak tunarungu tidak ada yang tertinggal.